Sabtu, 19 November 2011

wisata madura

menggunakan jasa ferry yang mengangkut kendaraan dan penumpang melintasi selat antara pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan pelabuhan Kamal di pantai Barat Daya Madura.
Dengan panjang berkisar 160 km populasi pulau Madura mendekati 2,3 juta jiwa, yang kebanyakan bekerja sebagai petani atau nelayan. Menskipun pulau ini bagian dari propinsi Jawa Timur, dipisahkan oleh suku yang berbeda, yang mempunyai bahasan dan budaya sendiri.
Atraksi yang paling terkenal di Madura adalam perlomabaan Kerapan Sapi, yang diadakan pada musim kemarau antara bulan Agustus dan September. Merupakan turnamen yang sangat mengasyikkan dan penuh warna yang merupakan pertandingan antara dua pasang Sapi setiap timnya yang dikendarai dan dipacu.
Dimulai dari Kamal menuju ke sepanjang pantai Selatan, pemberhentian pertama di kota Sampang, dekat dengan pantai Camplong. Merupakan waktu singkat yang tepat untuk melihat matahari terbit atau terbenam, ketika perahu layar biru berlayar. Udara sangat segar pada waktu ini dan dari pantai merupakan pandangan yang sangat mengagumkan dengan pegunungan yang melintang disisi Selatan.
Celurit memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Madura, Jawa Timur. Senjata tajam yang berbentuk melengkung ini begitu melegenda. Sejak dahulu kala hingga sekarang, hampir setiap orang di Tanah Air mengenal senjata khas etnis Madura ini. Saking populernya, celurit kerap diidentikkan dengan berbagai tindak kriminal. Bahkan celurit juga digunakan oleh massa saat terjadi kerusuhan maupun demonstrasi di pelosok Nusantara untuk menakuti lawannya.
Boleh jadi, begitu mendengar kata Madura, dalam benak sebagian orang bakal terbayang alam yang tandus, wajah yang keras dan perilaku menakutkan. Kesan itu seolah menjadi benar tatkala muncul kasus-kasus kekerasan yang menggunakan celurit dengan pelaku utamanya orang Madura.
Kendati demikian tak semua orang mengetahui sejarah dan proses sebuah celurit itu dibuat hingga dikenal luas. Di tempat asalnya, celurit pada mulanya hanyalah sebuah arit. Petani pun kerap menggunakan arit untuk menyabit rumput di ladang dan membuat pagar rumah. Dalam perkembangannya, arit itu diubah menjadi alat beladiri yang digunakan oleh rakyat jelata ketika menghadapi musuh.
Kini, masyarakat Madura masih memandang celurit sebagai senjata yang tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Tak mengherankan, bila pusat kerajinan senjata tajam itu banyak bertebaran di Pulau Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar